Penggagas

Penggagas
DR. Transtoto Handadhari
Yayasan Green Network Indonesia membangun gerakan sosial penyadaran
pelestarian alam lingkungan, dan karakter anak bangsa yang berwawasan
lingkungan.



Sebuah dedikasi bagi negeri tercinta, sebuah
perjuangan yang tulus membuat makna, untuk masa depan kehidupan Indonesia dan
dunia yang lebih baik.



Bismillah.....


Para Pendiri Yayasan Green Network Indonesia

Para Pendiri Yayasan Green Network Indonesia

Berawal dari Sebuah Keprihatinan “Sebuah Buku tentang Hutan dan Lingkungan”

“Dunia menangis, negeri ini pun harus menanggung malu ditempatkan sebagai negara dengan tingkat kerusakan hutan terbesar di dunia (Guinness Book of World Records, 2008). Apalagi Indonesia tercatat sebagai negara hijau urutan di atas 102 dari 149 negara di dunia yang dinilai kinerja lingkungannya. Dan yang paling tragis, Environmental Performance Index (EPI) tahun 2008 memberikan nilai nol bagi pengelolaan hutan Indonesia….”.

Itulah sekilas cuplikan keprihatinan dari pengantar sebuah buku berjudul: “Kepedulian yang Terganjal; Menguak Belantara Permasalahan Kehutanan Indonesia” yang ditulis oleh Transtoto Handadhari, dan diterbitkan pada bulan Agustus 2009 lalu.

Transtoto, rimbawan yang lebih dari 32 tahun kiprahnya telah tercatat dalam sejarah kehutanan Indonesia, dikenal luas sebagai seorang birokrat pemikir yang kritis, yang menggeluti dan menduduki hampir semua jabatan strategis bidang kegiatan kehutanan, bahkan jabatan sosial dan politik. Jabatan terakhirnya sebagai Direktur Utama Perum Perhutani (2005-2008), bukanlah akhir perjuangannya dalam upaya membangun dan melestarikan sumber daya hutan dan ekosistem lingkungan Indonesia.

Sebagai wujud komitmennya, peraih gelar Doktor/Ph.D Ilmu Ekonomi Kehutanan pada Universitas Gadjah Mada-Yogyakarta (2005) dan Master of Science Ilmu Ekonomi dan Manajemen Kehutanan University of Wisconsin at Madison-AS (1992) itu menuangkan keprihatinan dan pemikirannya atas rusaknya fungsi sumber daya hutan dan ekosistem lingkungan, masyarakat yang tetap hidup marjinal berkepanjangan dan selalu terancam oleh datangnya bencana, serta musnahnya kekayaan berbagai plasma nutfah Indonesia dalam buku tersebut di atas.

“Di luar peran pemerintah, tanggung jawab masyarakat atas kelestarian sumber daya alam, hutan dan ekosistem lingkungan harus dibudayakan. Karenanya, perilaku berwawasan lingkungan dalam arti luas sangat mendesak perlu disosialisasikan”.

atas dukungan para sahabatnya, Transtoto Handadhari terus melangkah berjuang untuk mewujudkan cita-cita masa depan Indonesia yang lebih baik



Persoalan Lingkungan “Persepsi Ancaman Bersama”


Kondisi ekosistem lingkungan hidup telah semakin terdegradasi, ditunjukkan dengan menurunnya kualitas dan kuantitas sumber daya alam Indonesia secara drastis setiap waktu. Kerusakan wilayah perairan laut maupun daratan, kualitas udara menurun, sedangkan emisi karbon dan pemanasan global nyata meningkat pada taraf yang sudah sangat mengkhawatirkan, untuk itu diperlukan pembangunan holistik lingkungan secara berkelanjutan.


Sumber daya hutan sebagai “inti lingkungan hidup” saat ini tidak mampu dicegah kemerosotan fungsinya. Angka deforestasi yang pernah mencapai 2,83 juta hektar per tahun dan degradasi kualitas hutan tropis Indonesia terus meningkat, diiringi musnahnya berbagai flora dan fauna langka sebagai sumber daya kehidupan yang seharusnya dilindungi. Sebagai akibatnya, banjir, erosi, kekeringan, gangguan asap akibat kebakaran lahan dan hutan, menurunnya produktivitas lahan pertanian, polusi air dan udara, pencemaran alam oleh bahan kimia berbahaya serta hilangnya plasma nutfah terjadi terus menerus.

Selain itu, bencana lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas di luar kawasan hutan juga semakin meningkat dan mengakibatkan menurunnya indeks kualitas hidup manusia Indonesia, serta kemiskinan dan terhambatnya pembangunan nasional dan kemerosotan moral di sebagian anggota masyarakat yang secara sadar melakukan atau terlibat dalam perusakan alam, dan berkembangnya tindak kriminalitas lingkungan.

Acuan mendasar yang ditetapkan UN Millenium Summit 2000 menyebutkan target pencapaian program ditahun 2015, yang menitikberatkan pada 8 (delapan) permasalahan/tantangan utama dunia; Millenium Development Goals, dimana salah satunya menyebutkan MDG’s No. 7 - Ensure Environmental Sustainability, yaitu mengedepankan upaya-upaya pelaksanaan Program Strategis untuk mencapai Keberlanjutan Pelestarian Lingkungan, maka bersama pemerintah dan elemen masyarakat lainnya Yayasan Green Network Indonesia berupaya mewujudkan Indonesia yang lebih hijau, sehat dan lebih baik.

Namun yang sangat memprihatinkan bencana lingkungan yang telah ditetapkan negara sebagai “Persepsi ancaman nasional” justru kurang mendapat perhatian yang cukup. Dan yang paling mendasar adalah kurangnya pemahaman dan kesadaran pentingnya nilai dan fungsi lingkungan di hampir semua pihak terkait.

Program Strategis

Edukasi Berwawasan Lingkungan

- Meningkatkan pemahaman, motivasi dan peran serta masyarakat khususnya generasi muda dalam upaya pelestarian lingkungan.
- Mengembangkan pusat komunikasi dan informasi lingkungan hidup.
- Pengembangan, internalisasi dan aktualisasi nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh aktifitas belajar mengajar di sekolah, dan kegiatan masyarakat luas.

Riset Lingkungan dan Pengembangannya

- Merencanakan dan melakukan riset lingkungan yang mempunyai nilai tambah bagi pemanfaatan potensi social dan ekonomi terhadap kesejahteraan masyarakat.
- Memperkuat kerjasama kelembagaan dengan multi stakeholders dalam upaya pengembangan pemanfaatan hasil riset dan teknologi bagi kesejahteraan masyarakat;
- Menguji dan mengembangkan hasil-hasil riset lingkungan untuk dapat diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat.

Pemberdayaan dan Pengabdian Masyarakat

- Meningkatkan aplikasi teknologi, dan efisiensi dalam pemanfaatan sumberdaya alam untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
- Melakukan pendampingan pemberdayaan masyarakat dalam perilaku pemanfaatan lingkungan yang berkelanjutan.

Pendampingan legislasi dan Regulasi Lingkungan

- Melakukan pendampingan legislasi secara obyektif dalam pemanfaatan sumber daya lingkungan hidup.
- Berpartisipasi aktif dalam penyusunan, penetapan dan pemantauan pelaksanaan kebijakan dan regulasi lingkungan hidup yang berkeadilan bagi semua pihak.

Lubang Resapan Biopori (LRB)

Lubang resapan biopori
dicetuskan oleh Ir. Kamir R. Brata, M.Sc adalah metode meningkatkan daya resap air pada tanah yang dilakukan dengan membuat lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik . Sampah organik yang ditimbunkan pada lubang ini kemudian dapat menghidupi fauna tanah, yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah.

Manfaat LRB

Di samping memelihara cadangan air tanah dan mengurangi banjir, longsor, dan kekeringan, LRB juga dapat meningkatkan kesuburan tanah

Cara membuat LRB

1. Buat lubang silindris ke dalam tanah dengan diameter sepuluh sentimeter, kedalaman sekitar seratus sentimeter atau tidak melampaui kedalaman air tanah pada dasar saluran atau alur yang telah dibuat. Jarak antarlubang 50–100 cm.

2. Isi lubang LRB dengan sampah organik yang berasal dari sisa tanaman yang dihasilkan dari dedaunan pohon, pangkasan rumput dari halaman atau sampah dapur.

3. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah berkurang menyusut karena proses pelapukan.

4. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang

(sumber : www.biopori.com)

Rabu, 10 Maret 2010

Yayasan Green Network Indonesia membangun gerakan sosial penyadaran pelestarian alam lingkungan, dan karakter anak bangsa yang berwawasan lingkungan.

Sebuah dedikasi bagi negeri tercinta, sebuah perjuangan yang tulus membuat makna, untuk masa depan kehidupan Indonesia dan dunia yang lebih baik.

Bismillah.....